Melawan orang tua Dosa atau tidak. itulah kecamuk di hati para remaja sekarang yang kurang mendapatkan pendidikan agama dan pendidikan ahlak islami .. semoga anak-anak saya selalu diberikan kesadaran untuk selalu menjaga kepatuhan dan selalu menghormati kami orangtuanya juga orang lain yang lebih tua .
Semarah apapun orang tua saat memarahi anda karena kesalahan anda maka Tidaklah sopan jika saat orang tua anda memarahi anda sebagai anak menutup telinga. apalagi jika anda membantahnya ...!!!! |
Anak kadang sering melawan pada orang tua sehingga keharmonisan antara anak dengan orang tua berkurang. Kita sebagai orang tua tidak mungkin bertengkar dengan anak, kalau sampai bertengkar dengan anak, anak akan semakin berani pada orang tua, apalagi anak yang sudah dewasa secara fisik. Jika Saudara sebagai orang tua memiliki anak yang sering melawan pada orang tua, ada cara yang perlu dilakukan pada anak supaya anak tidak tidak melawan pada orang tua. Beri Nasehat bahwa Anak-anak memang berhak mengeluarkan pendapatnya, tetapi tak boleh menyakiti perasaan orangtuanya.
Pada anak yang lebih besar, membantah biasanya sebagai taktik
untuk mengalahkan orang tua. ( Nauzubilah ini contoh tidak baik )
Untuk menghentikan kebiasaan ini, Tekankan saja padanya pernyataan pendek yang secara jelas menyatakan sikap Anda.
Misalnya, suatu waktu anak ingin main-main ke mall bersama teman-temannya dan Anda tak mengizinkannya. Pasti si anak akan bilang ”Kenapa nggak boleh?” rengeknya.
”Sudah nggak bisa ditawar lagi,” Itu Jawaban yang harus Anda jawab. ”Apa aja nggak boleh.” ”Sudah tidak bisa ditawar lagi.” Cukup dengan kata itu saja jika masih melawan.
kita berdoa semoga dia sadar atas perilaku buruknya yang berusaha membantah.
jangan sesekali memukulnya. kalau sebatas mengatakan tidak sopan, kurang ajar ya wajar jika anak sudah keterlaluan berprilaku buruk tapi jika si anak telah minta maaf anda pun harus mengatakan minta maaf karena telah berkata kasar dan bilang padanya bahwa perilaku anak kita waktu itu tidak baik.
Satu contoh dari kisah Malin kundang yang merupakan dongeng rakyat yang populer dari daerah Sumatra Barat, diceritakan dalam kisah itu seorang anak yang melupakan jasa-jasa orang tuanya yang sudah membesarkan memberikan kasih sayang dan kehangatan tapi begitu ia menikmati hasil di dunia, ia menelantarkan ibunya yang hidup sendiri. Ia malu mengakui ibunya yang tua renta serta miskin, hingga menghina ibunya. Kemudian berdoalah sang ibu agar anaknya tersebut mendapat hukuman dari Sang Pencipta segala, tak lama berselang berubahlah si malin menjadi patung bersujud.
Berdasar kisah rakyat itu kita di berikan wejangan agar tidak menelantarkan orang tua kita yang sudah susah payah membesarkan kita, mereka rela menahan lelah, sakit, bahkan malu demi yang terbaik buat anaknya. Seharusnya kita membalas budi mereka dengan selalu membahagiakan di sisa hidupnya, walau itu bukan perarturan tertulis dan memang tidak ada undang-undang dasar-nya yang mengharuskan kita membalasa budi mereka tapi sebagai ucapan terima kasih atas jasa mereka, saya itu sangat, harus, kudu’ kita lakukan.
“WITHOUT THEM, WE ARE NOTHING“
Kenapa saya katakan kita bukan apa-apa tanpa mereka, coba bayangkan bagaimana kita bisa hidup, bagaimana kita bersekolah, dan yang pertama bagaimana kita bisa ada di dunia ini tanpa perantara mereka.
Bukannya untuk meng-kultus-kan orang tua, tapi coba bayangkan bagaimana kita bisa ada di dan besar di dunia kalo kita tidak dilahirkan ibu dan tidak dinapkahi ayah kita..??.
Memangnya kita nabi Adam AS yang diturunkan dari surga untuk tinggal di dunia ini atau kita lahir dari batu..?.
Lalu bayangkan bagaimana caranya kita bisa hidup, bisa makan, bisa sekolah tanpa bantuan kedua orang tua kita??
Apa mungkin Sang Pencipta kita mau memberikan langsung segalanya ke kita?. Sungguh susah dibayangkan jika hal ini terjadi.
Sebenarnya dalam agama, dalam hal ini islam, menjelaskan akan banyak akibatnya apabila kita melawan atau bahkan melupakan kasih sayang orang tua.
Seperti pada artikel yang pernah saya tentang balasan bagi anak yang melawa, menelantarkan, bahkan durhaka pada orang tua.
Seperti haram masuk surga, kafir, tidak diterima amal kebaikannya dan lain sebagainya, sungguh sangat amat mengerikan balasannya.
Di sebuah artikel tertulis, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata Durhaka diartikan sebagai ;
1) ingkar terhadap perintah (Tuhan, orang tua, dsb),
2) tidak setia terhadap kekuasaan yang sah (negara).
Jadi, dalam konteks individu dan peran, anak yang durhaka adalah berarti anak yang tidak patuh atau suka menentang kepada perintah orang tua.
Juga dijelaskan Al Quran melalui Q.S Al Israa’, 17:23,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Dikatakan kita tidak boleh berkata “ah” atau bahkan membentak mereka.
kita juga diwajibkan untuk berkata yang sopan kepada mereka sebagai bentuk kasih sayang na penghormatan atas apa yang sudah mereka berikan pada kita.
Jelas sudah kalau kita harus merawat kedua orang tua kita hingga mereka meninggalkan dunia ini.
Perlu di pahami bahwa segala yang orang tua berikan itu tidaklah mampu kita bayar sebagaimana kita membeli sebuah barang.
Karena apa yang mereka berikan semua itu tidaklah bisa dinominalkan, semua berdasarkan rasa sayang orang tua kepada anaknya
Sewaktu kita masih belum bisa melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan sekarang, orang tua kita yang melakukan itu semua untuk kita.
Oleh sebab itu, saat sekarang kita sudah expert, sudah saatnya berganti kita yang melayani mereka sepenuh hati. Orang tua wajib untuk dilayani oleh kita sebagai bentuk balas budi atas apa yang sudah kita terima.
Dari Thoisalah rahimahullah, bahwasannya Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya,” Apakah engkau takut masuk dalam neraka?”.
Aku berkata, “Iya”. Ia berkata, “Dan apakah engkau ingin masuk dalam surga?”. Aku berkata, “Iya” Ia berkata, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”.
Aku berkata, “Ibuku bersamaku”. Ia berkata, “Demi Allah jika engkau lembut tatkala berbicara dengannya dan engkau memberi makan kepadanya maka engkau sungguh akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar”
(Tafsir Ath-Thabari).
Jadi sudahkah kita membahagiakan kedua orang tua kita?
Atau malah kita mengecewakan mereka dengan melawan dan durhaka kepada mereka?? Sekeras apapun perkataan mereka sewaktu marah dengarkan saja
jika memang anda salah ya koreksi pikirkan lalu minta maaf padanya
mengapa orang tua bisa marah? Pasti ada sebabnya mungkin anda tidak patuh,
mungkin anda membantah, mungkin anda bersikap tidak sopan ...!!
toh pastinya tidak akan orang tua kita marah jika kita benar dan patuh.
MURKANYA ORANG TUA KITA
ADALAH MURKANYA ALLAH
RIDHONYA ORANG TUA KITA
ADALAH RIDHONYA ALLAH ..
Jadi sudahkah kita membahagiakan kedua orang tua kita?
Atau malah kita mengecewakan mereka dengan melawan
dan durhaka kepada mereka...??
IT’S UP TO YOU
Hanya orang yang berahlak baik dan berusaha jadi orang baik
yang bisa memikirkan baik tidaknya nasehat dalam artikel ini ...
Semoga artikel ini bisa memberi pencerahan untuk anda khususnya saya
pribadi betapa hanya tinggal Bapak saja yang masih ada semoga allah
memberikan kesadaran hati saya untuk selalu bisa berlaku sopan dan tidak membuatnya sakit hati dengan perlakuan dan kata yang tidak sopan.
dan Untuk Almarhum Ibunda tercinta semoga beliau ridho atas pengorbanannya bertaruhnyawa saat melahirkan dan menyusui saya di waktu kecil.
Semoga amal ibadahnya diterima allah subhanahu wa ta alla.
Amiin