Kamis, 12 September 2013

MARI BERWAKAF CAHAYA UNTUK DUSUN TERPENCIL


Ampiri, salah satu Dusun terpencil dari Desa Bacu-Bacu ini terletak 160 Km dari kota Makassar, atau 60 km dari kabupatennya, Kota Barru, Sulawesi Selatan. Dusun ini harus melewati hari-hari hanya sampai sore, malam-malam ditemani jelaga dari sepercik pelita dan kesunyian sentiasa menyelimuti kehidupan mereka. Saat magrib tiba, tidak ada aktifitas di luar rumah.
dusun ampiri
Pasalnya, meski teknologi kelistrikan sudah masuk nusantara sejak akhir abad 19 silam, dusun ini belum jua menikmatinya. Warga mengaku pernah menikmati terangnya cahaya listrik dari genset berbahan bakar solar. Tetapi, upaya yang dilakukan Pemda Barru tersebut rupanya hanya mampu bertahan selama dua bulan di awal tahun 2008 lalu.

Hal itu karena warga harus menempuh jarak sekitar 15 Km dengan naik kuda hanya untuk mendapatkan solar. Dan itu pun belum tentu ada, bila ada, harganya sering kali melambung hingga dua kali lipat dari harga normal. Makanya, ketika mesin genset tersebut rusak, warga enggan memperbaiki. Dan hingga kini, dusun yang dihuni oleh warga yang mayoritas berpendidikan SD dan bermata pencaharian sebagai petani itu kembali gelap gulita.

Pembangunan pembangkit listrik mikrohidro

Harianto Albarr, putra daerah dusun Ampiri yang beruntung dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Meski belum rampung dari kuliahnya di Universitas Makassar, Fakultas MIPA, Jurusan Kimia, ia tergerak untuk membawa warganya pada masa depan yang cerah.

Ia bertekad akan membangun pembangkit listrik mikrohidro dengan kapasitas 50 KVA atau setara dengan 50.000 Watt. Dengan pembangkit ini, diharapakan mampu menerangi setiap rumah di dusun Ampiri yang dihuni oleh sekitar 1.500 jiwa tersebut. Serta menerangi masjid, sekolah, menggerakan industri kreatif, seperti pengolahan kacang tanah, gula aren dan madu hutan.

Harianto sudah menghitung, bahwa potensi sungai yang mengalir di Ampiri memiliki debit air sekitar 500 liter per detik dan memiliki ketinggian sampai 70 meter. Bahkan menurut Jon Kanidi, ahli teknologi mikrohidro dari Bandung, jika seluruh aliran sungai ini dimanfaatkan untuk pembangkit listrik mikrohidro, maka dapat menghasilkan daya sekitar 194,60 KVA.

Badan Wakaf Alquran (BWA) melalui program Tebar Cahaya Indonesia Terang (TCIT) menjadikan Harianto Albarr sebagai mitra lapang di Ampiri. Dengan hasil perhitungan di atas, BWA akan membangun pembangkit listrik 50 KVA dengan memanfaatkan aliran sungai disana.

Tahapan Project

Rencananya Project ini akan dimulai pada bulan Maret 2013, dengan tahapan sebagai berikut:

Survey lokasi dan persiapan teknis seperti menghitung debit air sungai, penentuan lokasi bak penenang serta turbin generator, dan melakukan pembicaraan dengan tokoh masyarakat setempat untuk menjelaskan rencana project wakaf ini. 
Membangun bendungan dan saluran air dan mengalihkan sebagian aliran sungai “dipinjam” untuk menggerakan turbin.
Membangun kolam penenang ukuran 2 x 3 x 2 meter
Membangun pipa pesat untuk mengalirkan air sungai agar tepat mengenai turbin generator
Membangun rumah pembangkit listrik mikrohidro (Power House)
Instalasi listrik dari turbin ke rumah-rumah penduduk.
BWA mengajak kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT untuk berwakaf, mendonasikan sebagian rizkinya. Wakaf yang Anda alirkan akan meningkatkan kualitas pendidikan dan perekonomian warga Ampiri. Insya Allah, setiap daya listrik yang menerangi saudara kita di dusun Ampiri akan kembali kepada wakif sebagai pahala yang mengalir tiada akhir. Selamat berwakaf!

Donasi yang dibutuhkan:

Rp. 308.550.000,- 
(Tiga Ratus Delapan juta lima ratus lima puluh ribu rupiah )

Saya mau mengajak Anda bergabung bersama di Badan Wakaf Al Qur'an dan program wakap lainya dan membantu mereka yang membutuhkan uluran tangan kita semua. 

Kunjungi Link ini >>> http://goo.gl/or4AQt