Kamis, 06 Februari 2014

Mengapa tidak ada sosok wajah Nabi Muhammad SAW ..?

Pada Oktober tahun 2009 , kaum muslimin di Indonesia sempat digemparkan dengan berita beredarnya pin bergambar sosok yang diberi label dan dikatakan sebagai Nabi Muhammad. 

 

Pin yang beredar di Makassar, Sulawesi Selatan itu menampilkan 
gambar pasfoto seorang pemuda arab yang mengenakan 
surban dengan selipan bunga di salah satu telinganya. 
Pemuda tersebut tampak memikat dengan senyuman yang memperlihatkan sederet gigi-gigi putihnya. Dikatakan bahwa itu adalah gambar 
Nabi Muhammad saat muda, sebelum diangkat sebagai utusan Allah.
Namun tetap saja jika ada yang Menyatakan bahwa ada foto Nabi Muhammad, sementara kita semua tahu bahwa kamera baru ditemukan berabad-abad setelah Nabi wafat, tentu juga merupakan sebuah kebohongan. 

Pin Berasal dari Iran
Dari penyelidikan polisi diketahui bahwa pin tersebut dibawa 
oleh seorang yang pernah menjadi mahasiswa di Iran. 
Dari negeri itu ia membawa pin dan juga stiker untuk teman-temannya 
di Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia. 
Selain bergambar Nabi Muhammad, di antara mereka 
juga dikatakan bergambar sahabat Ali dan Hamzah.

Di Iran sendiri foto yang dikatakan sebagai Muhammad remaja itu 
pernah populer pada tahun 1990-an. 
Bermula di kota Teheran dan Qum, gambar Nabi Muhammad ini 
akhirnya dapat ditemui dalam berbagai bentuk dengan beragam variasi yang  mirip dengan contoh gambar di samping ini. 
Ada yang berupa kartupos, poster, stiker atau menjadi penghias 
halaman blog dan situs web. Versi gambar yang bersurban hijau ini bahkan dikabarkan dijual secara online oleh seorang seniman Iran.

Di Iran sebenarnya penggambaran Nabi Muhammad juga dilarang. 
Namun karena gambar tersebut disebutkan sebagai remaja Muhammad, maka 
ia tidak dilarang. Para ulama di sana menyatakan bahwa remaja 
Muhammad belum menjadi Nabi dan Rasul saat itu, sehingga kesucian beliau sebagai utusan Allah tidak ternodai oleh gambar tersebut.

Bersumber dari Foto Remaja Tunisia
Pada tahun 2006, Pierre Centlivres & Micheline Centlivres-Demont 
mengulas asal-usul gambar yang populer di Iran tersebut dalam 
sebuah publikasi ISIM Review nomor 17. 

Di sana, kedua penulis menyatakan bahwa, tanpa sengaja mereka melihat kemiripan gambar yang beredar di Iran tersebut dengan sebuah karya foto seorang fotografer berkebangsaan Jerman dalam sebuah pameran di Paris. 
Foto-foto sang fotografer tentang dunia arab memang pernah sangat populer di dunia barat di masa 1920-an. 

Salah satu koleksinya adalah sebuah kartupos yang menampilkan foto seorang remaja Tunisia bernama Muhammad atau Ahmad. 
Foto ini pun sempat menjadi ilustrasi di majalah National Geographic di tahun 1914 dengan keterangan gambar berbunyi: 

Seorang Arab dengan Bunganya.Gambar di di bawah ini  adalah foto tersebut. 

Foto seorang remaja dari Tunisia inilah yang dijadikan sebagai 
model atau rujukan dari foto-foto atau gambar-gambar lain yang kemudian 
dikatakan sebagai Nabi Muhammad muda.

Photo ini di jadikan sebuah kebohongan besar 
foto yang dikatakan sebagai Nabi Muhammad
Terlihat jelas, jika kita bandingkan, bahwa memang demikianlah asal-usul 
foto yang dikatakan sebagai Nabi Muhammad tersebut. 
Foto seorang remaja dari Tunisia inilah yang dijadikan sebagai 
model atau rujukan dari foto-foto atau gambar-gambar lain yang kemudian dikatakan sebagai Nabi Muhammad muda.


Sebagai seorang muslim, tentu kita meyakini bahwa Nabi Muhammad 
adalah sosok yang mulia. Ia merupakan rujukan sekaligus model bagi kaum muslimin. 
Baik ucapan maupun perbuatannya menjadi panutan dan teladan. 
Dari berbagai wejangan beliau hingga cara berpakaian akan menjadi 
sandaran bertindak dan berperilaku bagi setiap muslim. 

Oleh karena itu, Nabi Muhammad sendiri sangat berhati-hati dan khawatir 
akan posisi beliau ini dihadapan kaum muslimin. 
Beliau sangat menyadari betapa ia akan menjadi pusat  rujukan bagi kaumnya. 
Hal ini tergambar dari ucapan beliau yang diriwayatkan dari kitab Bukhari dan Muslim:

من كَذَبَ عليَّ مُتَعَمِّدًا فلْيَتَبوأ مقعده من النار

“Siapa yang berbohong tentang aku secara sengaja, maka 
hendaklah dia menyiapkan tempatnya di neraka“.

Peringatan ini menjadi rambu-rambu bagi setiap orang agar tidak 
menyatakan bahwa beginilah Nabi Muhammad tanpa ada dasar yang benar. 
Menyatakan bahwa ada foto Nabi Muhammad, sementara kita semua tahu bahwa kamera baru ditemukan berabad-abad setelah Nabi wafat, tentu juga merupakan sebuah kebohongan. Membuat gambar-gambar Nabi Muhammad secara tidak langsung juga menyatakan bahwa beginilah cara Nabi mengenakan surban, cara beliau memakai pakaian, cara tersenyum dan gerak-gerik lain yang tersurat dari gambar semacam itu. Kalau yang membuat tidak pernah menyaksikan fisik sang Nabi, kebohonganlah yang ia lakukan.

Selain itu, para ulama amat keras bersikap dalam hal ini, yaitu melarang 
menggambar atau melukiskan Nabi Muhammad, dengan alasan 
agar kaum muslimin tidak terjebak dalam pengkultusan yang berlebihan. 
Sebuah sikap yang akan membawa kepada pemujaan sosok atau perwujudan Nabi, baik dalam bentuk gambar maupun patung, yang pada akhirnya bisa memasuki wilayah kemusyrikan, menyembah selain Allah, sebuah dosa yang paling besar. 
Na’udzubillahi min dzaalik.

Semoga bermanfaat.