Syaikh Abdul Qadir jailani (Sulthan Al-Auliya)
Riwayat syaikh abdul qadir jailani Nama ibu nya Syarifah Fatimah binti sayid abdillah ashshuma’I az-zahid bin abi jamaluddin Muhammad bin sayid kamaluddin isa bin alauddin muhamad al-jawad bin sayid ridha bin sayid musa al khadim bin sayid ja’far ash-shadiq bin sayid muhamad al-baqir bin sayid zainal abiding bin sayid al-husain
bin sayid ali bin abi thalib ra.
Dilahirkan di Naif, jailan (daerah Iran selatan laut qazwan) tgl 1 ramadhan 470H/1077M, pada pertengahan masa Daulah Abbasiyah IV (bani saljuk turki), masa sejak kecil beliau di didik dalam lingkungan yang mulia, dia digembleng dalam didikan kaum sufi yang hidup serba sederhana lagi ikhlas. Sejak kecil beliau sudah di tinggal sang ayah, kemuliaan nya sudah dapat di lihat semenjak masih kecil, sehingga beliau mendapat julukan Sulthan Al-Auliya
(pemimpin para wali).
salah satu kisah yang termshur tentang syaikh abdul qadir jailani adalah ketika beliau hendak berangkat menuntut ilmu ke Baghdad, di riwayatkan bahwa ibunda beliau memberinya uang saku 80 keping uang emas yang di jahit di dalam saku bajunya, ketika hnedak berangkat ibunya berpesan agar dia jujur dan tidak berdusta dalam keadaan apapun, ia mematuhi nasehat ibunya, di tengah perjalanan sesampainya di Hamadan rombongan syaikh Al-jaelani di hadang oleh gerombolan perampok, semua harta rombongan tersebut, diambil oleh ara perampok itu akan tetapi tidak dengan Syaikh Al-jaelani, karena penampilan beliau yang sederhana para perampok tidak yakin dia membawa harta yang banyak, akan tetapi ada salah satu permapok yang iseng bertanya kepada beliau, apakah dia membawa uang, beliau menjawab dengan jujur bahwa beliau membawa 80 keping uang emas di bajunya, tentu saja perampok tsb heran dengan kejujuran beliau, syaikh Al-jaelani lalu bercerita bahwa dia mendapat pesan dari sang ibu agar selalu jujur dalam keadaan apapun, dan jika berdusta maka Ilmunya tidak akan bermanfaat, mendengar kejujuran beliau konon gerombolan perampok tsb tersungkur jatuh ke kaki beliau dan pemimpinnya menjadi murid beliau yang pertama.
Syaikh abdul qadir jailani wafat pada 11 Rabiul akhir 561H/1166M dalam usia yg ke 91th,
Kepribadian Syaikh Abdul Qadir Jailani
Banyak suri tauladan yang bisa diambil dari kepribadian beliau, karena Syaikh Al-Jaelani mempunyai kepribadian yang agung, sangat rendah hati dan mulia,
Imam al-Isybili berkomentar bahwa Syaikh Al-Jaelani merupakan figure yang berwibawa, cepat menangis arena ingat ALLAH dalam berzikir, lembut hati, dermawan dalam ilmunya, serta luhur budinya.
Pembantunya, Abu Abdilah muhamad bin abdul fatah al-harawi bercerita :
“Saya membantu syaikh selam 40 tahun, bila ia shalat subuh ia menggunakan wudhu shlat isya, jika ia berhadast ia segera berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat, setelah shalat isya ia berkhalwat dan tidak ada seorangpun yang dapat mengganggunya hingga terbit fajar, beberpa kali khalifah dating ke rumahnya namunselalu tidak berhasil bertemu.”
Yang sangat menarik lagi tentang beliau adalah dia tidak pernah mau mencari muka terhadap kaum elite, bai orang kaya atau pejabat kerajaan, selalu jika ada khalifah yang datang, ditinggal untuk berkhalwat.
Di ceritakan bahwa suatu ketika seorang khalifah Abbasyah (555-566H), datang ke rumah beliau, ia meminta sesuatu yang bisa menentramkan hati nya yaitu meminta buah apel yang langka di Iraq,.
Lalu SYAIKH ABDUL QADIR AL- JAELANI menengadahkan tangan dan memohon kepada ALAH, dalam sekejap di tangannya memegang dua buah apel, maka di berikanlah satu untuk kalifah dansatu untukbeliau sendiri, setelah di kupas apel yang di pegang oleh syaikh berbau harum dan manis, tetapi anehnya apel milik Khalifah berbau busuk, sang khalfah pun bertanya, kenapa begini wahai syaikh?? Syaikh Al-Jaelani menjawab bahwa,” ia busuk dan berbau karena di jamah oleh tangan yang dzalim dan ia harum karena dijamah oleh tangan seorang waliAllah.” Sejak saat itu Khliafah pun bertobat dan menjadi pengikut beliau.
Ketika Khalifah al-Muktadi Liamrillah (467 – 487 H) mengangkat Abul wafa yahya bin said bin yahya al-Mudhafar untuk menjadi hakim (qadhi) Al-Jaelani menyerang habis-habisan dalam ceramahnya, “Kamu menjadi penguasa atas kaum muslimindengan cara zalim, bagaimana tanggung jawab mu di akhirat kelak?”.
Khalifah pun mendadak menangis dan seketika itu juga Abul wafa di pecatnya.
Ajaran dan Pemikiran syaikh abdul qadir jailani.
Syaiikh Al- jaelani sangat tegas dalam menentang para pembesar kerajaan dan orang-orang yang menumpuk harta dengan cara yang illegal, korup :
“Kamu bersandar kepada dirimu dan semua cpada harta kekayaanmu, setiap orang yang kamu sandari adalah rusak(fana), setiap ornga yang kamu takuti dan jamu harapkan juga rusak (fana), dan setiap orng yang kamu lihatdalam keadaan bahagia juga rusak.”
“Wahai hati yang mati wahai orang yang musyrik wahai para penyembah berhala, penyembah kehidupan dan harta!, pengabdi para sultan kerajaan!
Ketahuilah, mereka itu ditutupi oleh ALLAH Azza wa Jalla.
Barang siapa menganggap bahwa bahagia dan nestapa dari selain ALLAH maka mereka bukan Hamba-Nya.”
Mengenai konsep tauhid dalam wacananya beliau menuturkan :
“Ikutilah sunnah rasul dengan penuh keimanan, dan jangan membuat bid’ah, patuhilah selalu Allah dan rasul-Nya, jangan melanggar, junjung tinggilah tauhid, dan
jangan menyekutukan-Nya,.”
“Sungguh tiada sesuatau selain Allah sedang dirimu adalah tandanya, kedirian manusia bertentangan dengan Allah.
Segala sesuatu patuh kepada Allah dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia sebagai mahkluk sekaligus milik-Nya.”
Syaikh Al-Jaelani sangat menekankan pencarian harta secara halaldan enghargai etosa kerja manusia serta menolak sikap bermalas-malasan seperti yang dituturkannya ;
“Celakalah kamu ! harta di tanganmuboleh , begitu juga di kantung bajumu dan kamu simpan demi kebaikan. Adapun dalam hati jangan. Harta lewat pintu depan boleh (hala), tetapi lewat pintu belakang jangan sekalipun (haram).”
“Abdilah ALLAH Azza wa Jalla dan mohonlah pertolongan untuk memproleh rezeki yang halal. Sesungguhnya Allah Ta’ala senang dengan hamba yang beriman lagi taat, makan dari hasil kerjanya yang halal, dan membenci orang yang makan tapi tidak mau bekerja dan bergantung pada orang lain.”
Dan masih banyak ajaran – ajaran beliau yang tidak tertuang dalan tulisan yang singkat ini, pemikiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani banyak di pengaruhi oleh pemikiran tasawuf yang tidak lepas dari Al-Qur’an dan hadits, yang paling mendasar dalam ajaran beliau adalah larangan untuk terlalu tenggelam dalam masalah keduniawian dan penekanan pada sedekah dan kemanusiaan, konsepsi tasawuf beliau adalah konsep tasawuf yang dilandasi syari’at Ilahi.