bacaan Al Qur’an di sebuah klinik gratis di kota Grozny, bunyi sebuah
pernyataan dari website presiden Chechnya .
“Sejak hari pembukaan, Pusat Pengobatan Islam itu telah menerima lebih dari 60.000 pasien. Mayoritas dari mereka yang pernah datang telah sembuh dari penyakitnya.
Klinik ini membantu mereka untuk sembuh dengan cara yang non-tradisional, yaitu dengan membaca kitab suci Al Qur’an,” ujar pernyataan tersebut.
Presiden Ramzan Kadyrov ikut serta dalam perayaan pada hari Selasa untuk menandai ulang tahun pertama Pusat Pengobatan tersebut. Ia menganugerahkan Medali Akhmad Kadyrov, yang merupakan bintang jasa tertinggi di Republik Chechnya, kepada Daud Selmurzayev, kepala Islamic Center.
“Pusat Pengobatan ini telah sangat populer tidak hanya di antara penduduk negara ini, tapi juga kaum Muslim dari wilayah Rusia lainnya dan negara-negara CIS,” ujar Kadyrov.
Selain Presiden Kadyrov, nama-nama lain yang juga hadir dalam peringatan itu adalah Menteri Kesehatan Shakhid Akhmadov, Walikota Grozny Muslim Khuchiev, dan Imam Masjid pusat Adam Shakhidov.
Dalam sejarah medis, pengobatan Islam atau Arab merujuk pada pengobatan yang dikembangkan dalam peradaban Islam pertengahan dan ditulis dalam bahasa Arab. Terjemahan latin dari kinerja medis Arab memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kedokteran modern.
Dalam tradisi Islam, akar pengobatan Islam dapat ditelusuri kembali
ke masa Nabi Muhammad, dengan sejumlah hadist mengenai pengobatan.
Beberapa sahabat disebutkan telah berhasil mengobati penyakit-penyakit
tertentu dengan mengikuti saran medis dari Nabi. Ketiga metode penyembuhan
yang terkenal pernah disebutkan olehnya adalah madu, bekam, dan kauterisasi
(membakar bagian tubuh untuk menghilangkan jaringan yang sakit),
meskipun Nabi secara umum menentang kauterisasi kecuali memang
sesuai untuk penyakit yang ditangani. Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani,
Nabi Muhammad tidak menyukai metode kauterisasi karena
menimbulkan rasa sakit dan berbahaya bagi pasien.
Meskipun diakui oleh ahli-ahli medis sebelumnya seperti Imhotep,
Hippocrates, dan Galen, Nabi Muhammad tampaknya menjadi
yang pertama tercatat menyatakan secara langsung bahwa setiap
penyakit memiliki obat, menurut beberapa hadist Bukhari,
Sunan Abi Dawood, dan Al Muwatta, yang menyebutkan bahwa
Nabi berkata, “Tidak ada penyakit yang diciptakan Allah,
kecuali telah Ia ciptakan pula penawarnya.”
Keyakinan bahwa ada obat untuk setiap penyakit mendorong kaum
Muslim di masa lalu tersebut untuk terlibat dalam penelitian biomedis
dan mencari obat untuk setiap penyakit yang mereka ketahui.
Banyak penulis awal ilmu medis Islam yang merupakan ulama dan
bukan dokter, dan terkenal telah membuka praktik medis tradisional di
masa Nabi, seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadist.