Selasa, 04 Februari 2014

Mereka bilang Merayakan Maulid Nabi Muhamad SAW itu adalah Bid,ah yang sesat

Pembacaan Maulid telah menjadi hal rutin dalam masyarakat kita, terutama 
di bulan Rabi`ul Awwal, bulan kelahiran Rasul . 
Seiring berlalunya waktu, sebagian kalangan mulai mempermasalahkan kegiatan ini, mereka beranggapan bahwa pembacaan maulid termasuk bid`ah yang menyesatkan, karena 
tidak pernah dilakukan baik di zaman Rasul maupun para sahabatnya. 

Benarkah Maulid tergolong bid`ah yang menyesatkan? 
Kami menjawab: Kata maulid di ambil dari Bahasa Arab yang secara 
harfiyyah artinya adalah waktu kelahiran. 
Dikatakan demikian karena kandunganya adalah mengenai sejarah kelahiran Nabi Muhammad dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa hidup Beliau. 
Juga karena lazimnya, kitab maulid dibaca di hari kelahiran Beliau. 
Dengan demikian tidak salah jika kita katakan bahwa kitab maulid adalah kitab sejarah hidup Nabi Muhammad . 
Tentunya sejarah mengenai Beliau merupakan bagian penting dari khazanah sejarah umat islam yang perlu dilestarikan dan diketahui oleh seluruh umat islam. 
Maka tidak tepat jika kita melarang orang untuk membacanya apalagi sampai menudingnya sebagai bid`ah yang menyesatkan. 
Ini merupakan tuduhan yang tak berdasar, karena di dalam Al Qur`an sendiri, Allah banyak bercerita mengenai sejarah para rasul terdahulu. Diantaranya firman Allah

 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" 

Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. 

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

 “Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. 

Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)."Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. Kemudian sesudah Nuh, Kami utus beberapa rasul kepada kaum mereka (masing-masing), maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak hendak beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya Demikianlah Kami mengunci mati hati orang-orang 
yang melampaui batas.

“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. 
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. 
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu 
Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. 

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh. dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad, (yang dibacakan Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku Telah lemah dan kepalaku Telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. 

Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku[898] sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi Engkau seorang putera, Yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai". Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia. 

Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan Aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua". 

Tuhan berfirman: "Demikianlah". 
Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan Sesunguhnya Telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. Hai Yahya, ambillahAl Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan kami berikan kepadanya hikmahselagi ia masih kanak-kanak, Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh Kami[901] kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. 

Maryam berkata: "Sesungguhnya Aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya Aku Ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan Aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata: "Demikianlah". 

Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya Aku mati sebelum ini, dan Aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu Telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
(QS Maryam : 1-24)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang berkisah mengenai sejarah para Nabi. 
Tujuan dari kisah-kisah ini adalah untuk meneguhkan hati Rasul dalam mengemban risalah sekaligus sebagai bahan renungan bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman 
Allah:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”Jika perenungan sejarah para nabi bisa meneguhkan hati dan menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi kita bagaimana jadinya jika kita merenungkan sejarah pemimpin para nabi, Muhammad ?.Selain itu pembacaan maulid juga bisa menjadi media yang efektif untuk mengenalkan Rasulullah kepada orang-orang awam, sehingga mereka mengetahui bagaimana keagungan budi pekerti Beliau dan dapat belajar mencintai dan meneladani akhlak Beliau. Kemudian, acara maulid juga bisa dijadikan media yang merangsang kita untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi .Hal lain di dalam maulid yang sering disalah-fahami oleh sebagian orang, yaitu mengenai pembacaan mahalul qiyam (salah satu bab dari maulid) yang dilaksanakan dengan berdiri. Sebenarnya hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena yang dibaca pada bab tersebut adalah shalawat. Sedangkan shalawat sendiri merupakan salah satu bentuk dzikir yang boleh dilakukan kapan saja, baik dalam keadaan duduk, berdiri, maupun terlentang. 
Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah :

 “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” 
(QS Ali Imran : 191)

Memang bukanlah merupakan kewajiban untuk membaca bab ini dengan berdiri. Boleh saja seseorang membacanya sambil duduk atau bahkan telentang, selama dia berada di rumahnya sendiri. Akan tetapi jika posisinya sebagai tamu, maka dia harus membacanya dengan berdiri. Karena seorang tamu harus mematuhi aturan yang dibuat oleh tuan rumahnya. Ini sejalan dengan firman Allah :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: 

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “Sedangkan penggunaan kaf khithob (kata ganti orang kedua tunggal/kamu) dalam ucapan mereka ketika berdiri :

 يا رسول الله سلام عليك 
(Wahai Rasulullah, salam Allah semoga tercurah atasmu) padahal Rasul tidak berada di hadapan mereka. Ini adalah bentuk istihdhor 
( menghadirkan Nabi di hati kita ). 

Ucapan ini sama seperti ucapan kita dalam tasyahud, ketika berhadapan dengan Allah kita mengucapkan السلام عليك ايها النبي untuk menghadirkan Nabi dalam sholat kita. 
Jika hal ini diperbolehkan dalam sholat ketika kita berhadapan langsung dengan Allah maka melakukannya di luar sholat tentu lebih diperbolehkan.Sebagai tambahan, faidah diperingatinya hari kelahiran Rasul , bukan hari wafatnya, sedangkan para sholihin diperingati hari wafatnya bukan hari lahirnya. Karena Nabi sudah memiliki kedudukan pangkat di sisi Allah sebelum lahirnya, berbeda dengan seorang wali atau sholihin tidak diketahui baik-buruknya kecuali setelah mereka wafat.